Tari Sekapur Sirih: Sambutan Hangat Adat Budaya Jambi

Jambi, sebuah provinsi yang kaya akan kebudayaan, memiliki warisan tak benda yang memukau: Tari Sekapur Sirih. Tarian ini bukan sekadar gerak tubuh yang indah, melainkan sebuah representasi keramahan dan penghormatan dalam adat budaya Jambi. Setiap gerakan dan properti yang digunakan dalam tarian ini mengandung makna mendalam, menjadikannya salah satu ikon seni pertunjukan yang paling dikenal dari Bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah.


Tari Sekapur Sirih biasanya dipentaskan sebagai tarian penyambutan untuk tamu-tamu terhormat, baik dalam acara resmi pemerintahan, upacara adat, maupun perhelatan kebudayaan. Sejarahnya berakar kuat pada tradisi masyarakat Melayu yang selalu menjunjung tinggi adab dan sopan santun. Konon, tarian ini sudah ada sejak abad ke-17, berkembang seiring dengan masuknya pengaruh Islam dan semakin kayanya perpaduan budaya di Jambi. Penari biasanya berjumlah ganjil, seringkali lima hingga sembilan orang, yang melambangkan kebersamaan dan kekompakan.

Busana yang dikenakan oleh para penari Tari Sekapur Sirih sangatlah khas dan sarat makna. Mereka mengenakan pakaian adat Melayu Jambi yang didominasi warna cerah seperti merah, kuning, dan hijau, dengan hiasan sulaman benang emas yang indah. Bagian kepala dihiasi dengan mahkota atau sanggul yang anggun, serta selendang panjang yang menjadi bagian penting dari setiap gerakan. Properti utama yang wajib dibawa adalah cerano atau tepak sirih, wadah yang berisi daun sirih, kapur, gambir, pinang, dan tembakau. Ini adalah simbol persembahan dan penghargaan kepada tamu yang disambut.


Gerakan dalam Tari Sekapur Sirih sangatlah lembut, anggun, dan penuh kehati-hatian, mencerminkan sifat lemah lembut masyarakat Jambi. Setiap langkah dan ayunan tangan memiliki makna tersendiri, seperti gerakan merentangkan tangan yang melambangkan keterbukaan hati, atau gerakan menyuapkan sirih yang merupakan puncak dari prosesi penyambutan. Iringan musik tradisional Melayu seperti gendang, gong, biola, dan akordion melengkapi keindahan tarian ini, menciptakan suasana yang syahdu dan khidmat.

Pada acara-acara besar, seperti Hari Ulang Tahun Provinsi Jambi yang biasanya jatuh pada tanggal 6 Januari, Tari Sekapur Sirih selalu menjadi pembuka. Pengamanan dan kelancaran acara selalu dijaga ketat oleh aparat kepolisian dan TNI, yang turut bangga akan warisan budaya ini. Penampilan tarian ini tidak hanya memukau mata, tetapi juga mampu menumbuhkan rasa kebersamaan dan persatuan di antara masyarakat.


Tari Sekapur Sirih bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga media pelestarian nilai-nilai luhur budaya. Melalui tarian ini, generasi muda diajarkan tentang pentingnya menghormati tamu, menjaga etika, dan melestarikan tradisi nenek moyang. Kehadiran Tari Sekapur Sirih dalam setiap perhelatan menjadi bukti nyata bahwa adat budaya Jambi tetap hidup dan relevan hingga saat ini, memberikan sambutan hangat yang tak terlupakan bagi siapa pun yang berkunjung.